Singasana- Gelombang Tinggi yang dipicu oleh angin kencang. Fenomena alam ini diperkirakan akan berlangsung hingga akhir Juni, dengan puncaknya pada 28 Juni 2024. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini kepada nelayan, pelaku pelayaran, serta warga pesisir untuk meningkatkan kewaspadaan.
Penyebab Gelombang Tinggi di Selat Bali
Menurut Kepala Stasiun Klimatologi Bali di Jembrana, Aminudin Al Roniri, gelombang tinggi ini disebabkan oleh angin kencang yang bertiup dari arah selatan ke utara dengan kecepatan 10-20 knot (18-37 km/jam). Angin ini telah terjadi sejak empat hari terakhir dan memicu ombak setinggi 2-2,5 meter dengan arus yang meningkat hingga 1,5 meter per detik.
Kondisi ini diperparah oleh potensi hujan deras yang diprediksi terjadi hingga akhir bulan. Kombinasi antara gelombang tinggi dan curah hujan yang intens dapat memicu banjir rob (banjir akibat air laut pasang), yang mengancam permukiman warga di pesisir.
Gelombang Tinggi pada Warga dan Infrastruktur
1. Kerusakan Infrastruktur Pantai
Gelombang besar telah menyebabkan kerusakan signifikan di sepanjang pesisir Selat Bali. Salah satu yang terdampak adalah revetmen (tanggul pantai) di Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru.
-
Batu pondasi di bagian luar revetmen hancur diterjang ombak.
-
Paving block di sepanjang jogging track rusak dan berantakan.
-
Abrasi pantai semakin parah, mengikis garis pantai dan mengancam permukiman warga.
2. Ancaman Banjir Rob
Warga pesisir harus waspada karena gelombang tinggi berpotensi memicu banjir rob, terutama jika terjadi bersamaan dengan hujan lebat. Banjir rob dapat menggenangi permukiman, merusak rumah, dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Baca Juga: Kebakaran Kandang Ayam di Bali Berulang,Kerugian Capai Rp 3,3 Miliar
3. Gangguan Aktivitas Nelayan dan Pelayaran
Nelayan tradisional diimbau untuk tidak melaut sementara waktu karena kondisi laut yang berbahaya. Gelombang tinggi dan arus kuat meningkatkan risiko kecelakaan kapal kecil.
Bagi pelayaran penyeberangan (seperti rute Gilimanuk-Ketapang), operator kapal diminta:
-
Melakukan maintenance kapal untuk memastikan keselamatan.
-
Menggunakan kapal berukuran lebih besar yang lebih stabil di tengah gelombang tinggi.
-
Memantau update cuaca dari BMKG sebelum berlayar.
Peringatan BMKG dan Langkah Antisipasi
BMKG terus memantau perkembangan cuaca dan memberikan informasi terbaru kepada stakeholder terkait, termasuk Dinas Perhubungan, TNI AL, dan pemerintah daerah. Beberapa langkah antisipasi yang dapat dilakukan warga:
Bagi Nelayan dan Pelaku Pelayaran
Hindari melaut jika gelombang melebihi 2 meter.
Gunakan alat komunikasi dan life jacket saat berlayar.
Patuhi arahan dari pihak berwenang terkait pembatasan operasional kapal.
Waspada terhadap banjir rob, terutama saat hujan deras.
Amankan dokumen penting dan barang berharga di tempat tinggi.
Hindari beraktivitas di tepi pantai
diprediksi masih akan berlangsung hingga akhir Juni 2024, dengan puncaknya pada 28 Juni. Setelah itu, intensitas angin dan ombak diperkirakan mulai mereda seiring perubahan pola angin.
Fenomena gelombang tinggi di Selat Bali merupakan ancaman serius bagi keselamatan nelayan, pelayaran, dan warga pesisir. Kewaspadaan dan koordinasi antar-pemangku kepentingan sangat penting untuk meminimalkan risiko. Masyarakat diharapkan selalu memantau informasi terbaru dari BMKG dan mengikuti arahan evakuasi jika diperlukan.